Mata Kuliah - UTP

SISTEM PROTEKSI

SISTEM DISTRIBUS

Mata Kuliah - Polsri

ELEKTRONIKA DIGITAL

KINEMATIKA DAN DINAMIKA

Dua tahun lalu (Juli 2007), sewaktu saya ditugaskan sebagai koordinator bidang sekretariat pada pelaksanaan kegiatan MTQ Nasional Mahasiswa ke XII, saya mengalami suatu situasi yang membutuhkan pengendalian diri, dan kesabaran yang tinggi. Pada saat itu, salah satu tugas saya adalah mengatur penjemputan dan penempatan peserta MTQ, yang terdiri dari 122 perguruan tinggi, dengan jumlah peserta dan ofisial lebih dari seribu orang. Pada saat itu kami mengalami situasi yang benar2 memerlukan kesabaran dan pengendalian diri yang baik. Saat itu, sudah satu minggu saya dan tim harus bekerja lebih dari 16 jam sehari untuk mempersiapkan penjemputan dan penempatan peserta, dan pada saat puncak kedatangan peserta, terjadi penumpukan jumlah peserta yang harus kami tempatkan dan layani disaat yang sama. Situasi ini seharusnya tidaklah rumit, kalau saja jumlah peserta yang hadir dan harus kami tempatkan sesuai dengan jumlah peserta yang telah didaftarkan kepada kami, dan sesuai dengan kesepakatan awal, kami hanya melayani dan mengurus penempatan peserta dan ofisial.

 

Pada kenyataannya, saat itu jumlah peserta yang hadir jauh melampaui jumlah peserta yang terdaftar pada kami, dan selain itu, kami juga “dipaksa” untuk menempatkan beberapa PR III yang menginginkan untuk menginap ditempat yang sama dengan peserta dari PT yang bersangkutan. Situasi menjadi sedikit tidak terkendali, karena sebagian besar peserta mendesak untuk segera ditempatkan, padahal jumlah kamar yang disediakan untuk PT tersebut tidak mencukupi jumlah peserta yang hadir, sebagai akibat adanya tambahan jumlah peserta yang tidak disampaikan ke kami. Situasi makin tidak kondusif ketika, salah seorang PR III merasa tidak dilayani secara layak, dan menjadi emosi. Dalam situasi yang penuh tekanan tersebut, saya berusaha tetap berlaku tenang dan mencoba melayani seluruh peserta dengan sebaik-baiknya, dan berusaha memberikan penjelasan kepada beliau yang menjadi sedikit emosional tersebut. Pada akhirnya, semua dapat terselesaikan secara baik. Dan satu hal yang membanggakan bagi saya, adalah munculnya komentar dari salah seorang dosen senior di Universitas Sriwijaya yang kebetulan memantau keadaan tersebut, beliau menilai saya sebagai seseorang yang memiliki kemampuan mengendalikan diri dengan baik, dan tetap dapat tersenyum pada situasi yang sulit.

 

Sebagai ketua tim pengembang dan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi Unsri, saya kerapkali menghadapi berbagai hal yang tidak sesuai dengan harapan. Sebagai ketua tim, saya diberi waktu untuk dapat menyelesaikan tugas dalam waktu kurang dari 2 tahun. Secara teknis, dengan dukungan pimpinan Universitas dan jajaran staf beliau, pekerjaan ini sangat mungkin dapat diselesaikan sesuai dengan target yang direncanakan. Tingginya ekpektasi dari sebagian pengguna layanan, dan terbatasnya pengetahuan teknis dari beberapa unsur pimpinan unit, kerapkali menempatkan saya pada kondisi dan situasi yang membutuhkan kesabaran. Perubahan sistem layanan, yang menuntut kedisiplinan dan komitmen bersama dari seluruh personal yang terlibat dalam sistem tersebut, kerap menempatkan saya menjadi orang yang harus bertanggung jawab atas kegagalan proses yang dilakasanakan, meski kegagalan tersebut terjadi akibat ketidak disiplinan dan kurangnya komitmen dari personal yang terlibat dalam sistem, yang bukan menjadi tanggung jawab saya. Pada situasi seperti ini, saya cenderung mengutamakan logika daripada perasaan untuk dapat memberikan penjelasan dan pemahamam mengenai keadaan sesungguhnya dan masalah utama yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan tersebut.

Pada situasi lainnya, sebagai ketua jurusan, saya kerap mengalami situasi yang menuntut saya untuk dapat merasakan dan memahami perasaan orang lain dan mengekspresikannya dengan baik. Saya tidak jarang harus berhadapan dengan orangtua, wali mahasiswa atau mahasiswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan studi mereka. Sebagai orang tua, saya dapat memahami dan merasakan perasaan orang tua atau wali mahasiswa yang mengetahui bahwa anak mereka harus mengundurkan dari dari studinya karena batas akhir dari studi mereka hampir berakhir, tanpa kemungkinan untuk menyelesaikannya. Pada situasi ini tidak jarang saya harus membantu mereka untuk dapat memindahkan anak mereka ke PTS dan merekomendasikan kepada mereka PTS yang cukup baik. Dalam situasi lain, saya harus berlaku dan bersikap sebagai orang tua yang harus mau dan mampu mendengarkan kesulitan mahasiswa dan berusaha mencarikan jalan keluar dari situasi yang dihadapi. Sebagai ketua jurusan saya pernah mengeluarkan kebijakan untuk membantu mahasiswa yang kurang mampu dan berprestasi untuk dapat diusulkan mendapatkan beasiswa, dengan memberikan bantuan dana bagi mereka untuk mengurus surat menyurat yang dibutuhkan untuk itu.

JSN Corsa template designed by JoomlaShine.com

Joomla! Debug Console

Session

Profile Information

Memory Usage

Database Queries